Askep Keluarga
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA Ny. S
DENGAN MASALAH DIABETUS MILLITUS
DI RT 6 RW 5 KELURAHAN KEPRABON
Di Susun Oleh :
Fajar Alam Putra., S.Kep
PROGRAM PROFESI NERS
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS SAHID SURAKARTA
2011
BAB 1
PENDAHULUAN
Diabetes Mellitus adalah kelainan metabolik yang ditandai dengan intoleren glukosa. Penyakit ini dapat dikelola dengan menyesuaikan perencanaan makanan, kegiatan jasmani dan pengobatan yang sesuai dengan pengelolaan diabetes di Indonesia dan perlunya diadakan pendekatan individual bagi penderita diabetes.
Diabetes mellitus sering disebut sebagai the great imitator karena penyakit ini dapat mengenai semua organ tubuh dan menimbulkan berbagai macam keluhan dengan gejala sangat bervariasi. Gejala-gejala tersebut dapat berlangsung lama tanpa diperhatikan sampai ketika orang tersebut pergi ke dokter dan diperiksa kadar glukosa darahnya.
Diabetes Mellitus berhubungan dengan meningkatnya kadar glukosa darah dan bertambahnya risiko komplikasi gawat darurat bila tidak dikelola dengan baik(Soegondo,2004). Komplikasi dapat timbul oleh karena ketidak patuhan pasien dalam menjalankan program terapi sebagai berikut : pengaturan diet, olah raga dan penggunaan obat-obatan (Putra,2000). Berbagai penelitian telah menunjukan ketidak patuhan pasien DM terhadap perawatan diri sendiri( Efendi Z,2002).
Jumlah penderita DM di dunia dan Indonesia diperkirakan akan meningkat, jumlah pasien DM di dunia dari tahun 1994 ada 110,4 juta, 1998 kurang lebih 150 juta, tahun 2000= 175,4 juta (1 ½ kali tahun 1994), tahun 2010=279,3 juta ( kurang lebih 2 kali 1994). Di Indonesia dapatlah diperkirakan jumlah penderita DM pada tahun 1994 adalah 2,5 juta, 1998= 3,5 juta, tahun 2010 = 5 juta.
Disamping peningkatan prevalensi DM, penderita memerlukan perawatan yang komplek dan perawatan yang lama. Kepatuhan berobat merupakan harapan dari setiap penderita DM. Berarti setiap penderita DM sanggup melaksanakan instruksi–instruksi ataupun anjuran dokternya agar penyakit DM nya dapat dikontrol dengan baik(Haznam,2004). Pada umumnya penderita DM patuh berobat kepada dokter selama ia masih menderita gejala / yang subyektif dan mengganggu hidup rutinnya sehari-hari. Begitu ia bebas dari keluhan – keluhan tersebut maka kepatuhannya untuk berobat berkurang.
Ketidakpatuhan ini sebagai masalah medis yang sangat berat, Taylor (1998). La Greca & Stone (1999)menyatakan bahwa mentaati rekomendasi pengobatan yang dianjurkan dokter merupakan masalah yang sangat penting. Tingkat ketidakpatuhan terbukti cukup tinggi dalam populasi medis yang kronis. Walaupun pasien DM telah mendapatkan pengobatan OAD, masih banyak pasien tersebut mengalami kegagalan. Hal ini disebabkan oleh berbagai faktor antara lain: pengetahuan yang relatif minim tentang penyakit DM, tidak menjalankan diet dengan baik dan tidak melakukan latihan fisik secara teratur (Tjokroprawiro,A.,1998).
Salah satu upaya pencegahan DM adalah dengan perbaikan pola makan melalui pemilihan makanan yang tepat. Semakin rendah penyerapan karbohidrat, semakin rendah kadar glukosa darah. Kandungan serat yang tinggi dalam makanan akan mempunyai indeks glikemik yang rendah sehingga dapat memperpanjang pengosongan lambung yang dapat menurunkan sekresi insulin dan kolesterol total dalam tubuh. Menurut Basuki (2004), penderita DM dianjurkan menganut pola makan seimbang.
Pengetahuan pasien tentang pengelolaan DM sangat penting untuk mengontrol kadar glukosa darah. Penderita DM yang mempunyai pengetahuan yang cukup tentang diabetes, kemudian selanjutnya mengubah perilakunya, akan dapat mengendalikan kondisi penyakitnya sehingga dapat hidup lebih lama (Basuki, 2005).
Sehingga keperawatan keluarga di sini sangat dibutuhkan untuk memberikan bimbingan, arahan, dan pengetahuan bagi semua anggota keluarga untuk dapat menjaga kesehatannya teruatama dalam hal mencegah supaya gangguan kesehatan yang muncul dapat dikendalikan.
1. Tujuan
1. Tujuan umum :
Setelah menyelesaikan pengalaman belajar klinik mampu menerapkan asuhan keperawatan pada keluarga yang mempunyai masalah kesehatan sesuai tugas dan perkembangan keluarga.
2. Tujuan khusus :
a. Mengidentifikasi data yang sesuai dengan masalah kesehatan keluarga
b. Merumuskan diagnosa keperawatan keluarga sesuai dengan masalah kesehatan keluarga
c. Merencanakan tindakan sesuai dengan diagnosa keperawatan
d. Melaksanakan tindakan sesuai rencana yang telah ditentukan
e. Mengevaluasi pelaksanaan tindakan keperawatan
f. Mendokumentasikan asuhan keperawatan keluarga
g. Membantu meningkatkan pengetahuan anggota keluarga tentang penyakit diabetes mellitus.
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Konsep Dasar
1. Keperawatan Kesehatan Keluarga
Keluarga adalah kumpulan dua orang atau lebih yang hidup bersama dengan keterikatan aturan dan emosional dan individu mempunyai peran masing-masing yang mempunyai peran masing-masing yang merupakan bagian dari keluarga. ( Friedman, 1998).
Keluarga merupakan sistem sosial karena terdiri dari kumpulan dua orang atau lebih yang mempunyai peran sosial yang berbeda dengan ciri saling berhubungan dan tergantung antarindividu (Suprajitno, 2002). Keluarga sebagai unit pelayanan perawatan adalah keluarga sebagai unit utama dari masyarakat dan merupakan lembaga yang menyangkut kehidupan masyarakat, keluarga sebagai kelompok dapat menimbulkan, mencegah, mengabaikan atau memperbaiki masalah-masalah kesehatan dalam kelompoknya sendiri, masalah kesehatan dalam keluarga saling berkaitan, penyakit pada salah satu anggota keluarga akan mempengaruhi seluruh keluarga tersebut, keluarga merupakan perantara yang efektif dan mudah untuk berbagai usaha-usaha kesehatan masyarakat, keluarga merupakan lingkungan yang serasi untuk mengembangkan potensi tiap individu dalam keluarga. (Friedman, 1998).
2. Type-Type Keluarga :
a. Keluarga inti (Nuclear family) yaitu keluarga yang terdiri dari ayah, ibu, dan anak yang diperoleh dari keturunannya atau adopsi atau keduanya.
b. Keluarga besar (Extended family) yaitu keluarga inti ditambah dengan anggota keluarga yang lain yang masih mempunyai hubungan darah, misalnya nenek, kakek, keponakan, saudara sepupu, paman, bibi dan sebagainya.
c. Kelurga bentukan kembali (Dyadic family) yaitu keluarga baru yang terbentuk dari pasangan yang telah cerai atau kehilangan pasangannya.
d. Keluarga dengan orang tua tunggal (single parent family) yaitu keluarga yang
Terdiri dari salah satu orang tua dengan anak-anak akibat perceraian atau
ditinggal pasangannya.
e. Keluarga berkomposisi (Composite) yaitu keluarga yang perkawinannya berpoligami dan hidup secara bersama.
f. Keluarga kabitas (Cahabitation) yaitu dua orang menjadi satu tanpa pernikahan tetapi membentuk suatu keluarga.
3) Tanggung Jawab Perawat dalam keperawatan keluarga
Perawat yang melakukan pelayanan keperawatan di rumah mempunyai tanggung jawab yang meliputi :
i. Memberikan pelayanan secara langsung
Pelayanan keperawatan dapat meliputi pengakajian fisik atau psikososial,
menunjukkan pemberian tindakan secara trampil dan memberikan intervensi.
Kerjasama dari klien dan keluarga serta pemberi perawatan utama di keluarga
dalam perencanaan sangaat penting untuk menjaga kesinambungan perawatan
selama perawat tidak ada di rumah. Perawat hanya memberikan perawata
dalam waktu yang terbatas. Perawatan yang dilakukan di rumah lebih
merupakan tanggung jawab dari keluarga dari pada perawat. Oleh karena itu
pendidikan kesehatan menjadi intervensi yang utama dalam perawatan di
rumah.
ii. Dokumentasi
Pendokumentasian yang dilakukan selama perawatan di rumah sangat penting
untuk melihat kemajuan keluarga dalam mengatasi masalah kesehatan yang
dialaminya.
iii. Koordinasi antara pelayanan dan manajemen kasus
Perawat bertanggung jawab untuk mengkoordinasikan para professional lain
dalam memberikan pelayanan kepada keluarga. Focus peran perawat yang
yang menjadi manajer kasus adalah kemampuan untuk mengkaji kebutuhan,
menentukan prioritas kebutuhan, mengidentifikasi cara untuk mememuhi
kebutuhan tersebut dan mengimplementasikan rencana yang disusun.
B. Konsep Masalah Kesehatan
Mansjoer (1999) menyatakan bahwa DM adalah keadaan hiperglikemi kronik yang disertai dengan berbagai kelainan metabolik akibat gangguan hormonal, yang menimbulkan berbagai komplikasi kronik pada mata, ginjal, saraf dan pembuluh darah, disertai lesi pada membran basalis dalam pemeriksaan dengan mikroskop elektron.
Sedangkan Tapan ( 2006 ) menjelaskan bahwa DM adalah penyakit kronis yang disebabkan oleh kekurangan produksi insulin ( kuantitas / kualitas ) baik oleh keturunan atau didapat. Konsentrasi glukosa yang berlebih pada darah dapat menyebabkan kerusakan sel tubuh.
Dari berbagai definisi diatas tentang DM diatas dapat diambil kesimpulan bahwa DM adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh gangguan hormonal ( dalam hal ini adalah hormon insulin yang dihasilkan oleh pankreas) dan melibatkan kelainan metabolisme karbohidrat dimana seseorang tidak dapat memproduksi cukup insulin atau tidak dapat menggunakan insulin yang diproduksi dengan baik, karena proses autoimmune, dipengaruhi secara genetik dengan gejala yang pada akhirnya menuju tahap perusakan imunologi sel – sel yang memproduksi insulin.
1. Penyebab
DM dapat disebabkan oleh banyak faktor. Noer ( 1999 ) menyebutkan bahwa ada 4 penyebab terjadinya DM, yaitu faktor keturunan, fungsi sel pankreas, dan sekresi insulin yang berkurang, kegemukan atau obesitas, perubahan karena usia lanjut berhubungan dengan resistensi insulin.
Faktor keturunan dapat menjadi penyebab yang mengambil peranan paling penting dalam terjadinya DM karena pola familial yang kuat (keturunan) mengakibatkan terjadinya kerusakan sel sel beta pankreas yang memproduksi insulin. Sehingga terjadi kelainan dalam sekresi insulin maupun kerja insulin ( Long, 1996 ).
Kegemukan atau obesitas dapat sebagai pencetus terjadinya DM karena insiden DM menurun pada populasi dengan suplai yang rendah dan meningkat pada mereka yang mengalami perubahan makanaan secara berlebihan. Obesitas merupakan faktor resiko tinggi DM karena jumlah reseptor insulin menurun pada obesitas mengakibatkan intoleransi glukosa dan hiperglikemia ( Price dan Wilson, 1995 ).
2. Klasifikasi
Klasifikasi yang ditentukan oleh National Diabetes Data Group of The National
Institutes of Health, sebagai berikut :
• Diabetes Melitus tipe I atau IDDM ( Insulin Dependent Diabetes Melitus ) atau tipe juvenil
Yaitu ditandai dengan kerusakan insulin dan ketergantungan pada terapi insulin untuk mempertahankan hidup.
• Diabetes Melitus tipe II atau NIDDM ( Non Insulin Dependent Diabetes melitus)
Terjadi pada semua umur, lebih sering pada usia dewasa dan ada kecenderungan familiar.
• Gestational Diabetes
Disebut juga DMG atau diabetes melitus gestational. Yaitu intoleransi glukosa yang timbul selama kehamilan, dimana meningkatnya hormon – hormon pertumbuhan dan meningkatkan suplai asam amino dan glukosa pada janin yang mengurangi keefektifitasan insulin.
• Intoleransi glukosa
Berhubungan dengan keadaan atau sindroma tertentu., yaitu hiperglikemi yang terjadi karena penyakit lain.
3. Pathofisiologi
Insulin diproduksi dalam pankreas, yang merupakan kelenjar eksokrin dan endokrin. Terdapat 3 jenis sel – sel endokrin, yaitu sel alpha yang memproduksi glukagon ; sel beta, yang mensekresi insulin; sel delta yang mensekresi gastrin dan somatostatin pankreas.
Mekanisme kerja insulin adalah hipoglikemik dan anabolitik. Dalam keadaan normal jika terdapat insulin, asupan glukosa yang melebihi kebutuhan kalori akan disimpan sebagai glikogen dalam sel – sel hati dan otot yang disebut proses glikogenesis. Proses ini mencegah terjadinya hiperglikemi.
Ketosis menyebabkan asidosis dan terjadi koma. Hiperglikemia meningkatkan osmolaritas darah. Jika konsentrasi glukosa dalam darah meningkat dan melebihi ambang ginjal, maka pada penyaringan di glomerulus dan reabsorpsi glukosa pada tubulus pun berkurang sehingga terjadi glukosuria. Karena glukosa dalam larutan, maka pengeluaran urine pun banyak sebanding dengan pengeluaran glukosa. Hal ini dinamakan poliuri. Banyak garam mineral tubuh pun ikut keluar bersama urine sehingga menyebabkan kekurangan kadar garam dan terjadi penarikan cairan dari intraseluler dan ektraseluler dan merangsang rasa haus berkepanjangan ( polidipsi ), starvasi seluler dan kehilangan kalori akan merangsang rasa lapar yang berkepanjangan ( polifagi ).
4. Manifestasi Klinik
4. Gejala klasik pada DM adalah :
a. Poliuri ( banyak buang air kecil ), frekuensi buang air kecil meningkat termasuk pada malam hari.
b. Polidipsi ( banyak minum ), rasa haus meningkat.
c. Polifagi ( banyak makan ), rasa lapar meningkat.
5. Gejala lain yang dirasakan penderita
a. Kelemahan atau rasa lemah sepanjang hari.
b. Keletihan.
c. Penglihatan atau pandangan kabur.
d. Pada keadaan ketoasidosis akan menyebabkan mual, muntah dan penurunan kesadaran.
6. Tanda yang bisa diamati pada penderita DM adalah :
a. Kehilangan berat badan.
b. Luka, goresan lama sembuh.
c. Kaki kesemutan, mati rasa.
d. Infeksi kulit.
5. Pemeriksaan Penunjang
Mansjoer ( 1999 ), mengatakan bahwa pemeriksaan penunjang sangat penting dilakukan pada penderita DM untuk menegakkan diagnosa. Kelompok resiko DM, yaitu kelompok usia dewasa tua ( lebih dari 40 tahun ), obesitas, tekanan darah tinggi, riwayat keluarga DM, riwayat kehamilan dengan bayi lebih dari 4000 gram, riwayat DM selama kehamilan.
Pemeriksaan dilakukan dengan pemeriksaan gula darah sewaktu kemudian dapat diikuti dengan Test Toleransi Glukosa Oral ( TTGO ). Untuk kelompok resiko yang hasil pemeriksaanya negatif, perlu pemeriksaan ulangan setiap tahunnya.
Pada pasien dengan DM di pemeriksaan laboratoriumnya akan didapatkan hasil gula darah puasa > 140 mg/dl pada dua kali pemeriksaan. Dan pada pemeriksaan gula darah post prandial > 200 mg/dl
6. Komplikasi
Komplikasi diabetes mellitus terbagi menjadi 2 yaitu komplikasi akut dan komplikasi kronik. ( Carpenito, 2001 )
• Komplikasi Akut, ada 3 komplikasi akut pada diabetes mellitus yang penting dan berhubungan dengan keseimbangan kadar glukosa darah dalam jangka pendek, ketiga komplikasi tersebut adalah ( Smeltzer, 2002)
a) Diabetik Ketoasedosis ( DKA )
Ketoasedosis diabatik merupakan defisiensi insulin berat dan akut dari suatu perjalananpenyakit diabetes mellitus. Diabetik ketoasedosis disebabkan oleh tidak adanya insulin atau tidak cukupnya jumlah insulin yang nyata
b) Koma Hiperosmolar Nonketotik (KHHN)
Koma Hiperosmolar Nonketotik merupakan keadaan yang didominasi oleh hiperosmolaritas dan hiperglikemia dan disertai perubahan tingkat kesadaran. Salah satu perbedaan utama KHHN dengan DKA adalah tidak terdapatnya ketosis dan asidosis pada KHHN (Smetzer, 2002)
c) Hypoglikemia
Hypoglikemia ( Kadar gula darah yang abnormal yang rendah) terjadi kadar glukosa dalam darah turun dibawah 50 hingga 60 mg/dl. Keadaan ini dapat terjadi akibat pemberian preparat insulin atau preparat oral yang berlebihan, konsumsi makanan yang terlalu sedikit (Smeltzer, 2002)
• Komplikasi kronik Diabetes Melitus pada dasarnya terjadi pada semua pembuluh darah diseluruh bagian tubuh (Angiopati Diabetik). Angiopati Diabetik dibagi menjadi 2 yaitu : (Long 1996) :
1) Mikrovaskuler
a. Penyakit Ginjal
Salah satu akibat utama dari perubahan – perubahan mikrovaskuler adalah perubahan pada struktural dan fungsi ginjal. Bila kadar glukosa darah meningkat, maka mekanisme filtrasi ginjal akan mengalami stress yang menyebabkan kebocoran protein darah dalam urin (Smeltzer, 2002 )
b. Penyakit Mata (Katarak)
Penderita Diabetes melitus akan mengalami gejala penglihatan sampai kebutaan. Keluhan penglihan kabur tidak selalu disebabkan retinopati (Sjaifoellah, 1999). Katarak disebabkan karena hiperglikemia yang berkepanjangan yang menyebabkan pembengkakan lensa dan kerusakan lensa (Long, 1996)
c. Neuropati
Diabetes dapat mempengaruhi saraf - saraf perifer, sistem saraf otonom, Medulla spinalis, atau sistem saraf pusat. Akumulasi sorbital dan perubahan – perubahan metabolik lain dalam sintesa atau fungsi myelin yang dikaitkan dengan hiperglikemia dapat menimbulkan perubahan kondisi saraf ( Long, 1996)
2) Makrovaskuler
a. Penyakit Jantung Koroner
Akibat kelainan fungsi pada jantung akibat diabetes melitus maka terjadi penurunan kerja jantung untuk memompakan darahnya keseluruh tubuh sehingga tekanan darah akan naik atau hipertensi. Lemak yang menumpuk dalam pembuluh darah menyebabkan mengerasnya arteri (arteriosclerosis), dengan resiko penderita penyakit jantung koroner atau stroke
b. Pembuluh darah kaki
Timbul karena adanya anesthesia fungsi saraf – saraf sensorik, keadaan ini berperan dalam terjadinya trauma minor dan tidak terdeteksinya infeksi yang menyebabkan gangren. Infeksi dimulai dari celah – celah kulit yang mengalami hipertropi, pada sel –sel kuku yang tertanam pada bagian kaki, bagia kulit kaki yang menebal, dan kalus, demikian juga pada daerah – daerah yang tekena trauma (Long, 1996)
c. Pembuluh darah otak
Pada pembuluh darah otak dapat terjadi penyumbatan sehingga suplai darah keotak menurun (Long, 1996)
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA Ny. S
LANSIA DENGAN MASALAH KHUSUS DIABETUS MILITUS
DI RT 6 RW 5 KELURAHAN KEPRABON
A. Data Umum
a. Identitas Kepala Keluarga:
1. Nama kepala keluarga ( KK ) : Tn. S
2. Alamat : Rt 6 Rw 5 Kelurahan Keprabon
3. Komposisi keluarga :
No Nama Umur L / P Hub dgn Kk Status perkawinan pekerjaaan pendidikan Status kesehatan
1.
2.
3.
4. Tn.S
Ny.S
Tn.M
Tn.A 68
52
30
28 P
L
L
L KK
IRT
Anak
Anak Menikah
Menikah
Blm menikah
Menikah Swasta
Swasta
Parkir
Swasta SMA
SD
SD
SMK Sehat
DM
Sehat
Sehat
1. Genogram:
Keterangan genogram:
= Laki-laki
= Perempuan
= Laki-laki meninggal
= Perempuan meninggal
= Klien perempuan yang diidentifikasi(Ny S DM)
= Tinggal dalam satu rumah
Ny.S tinggal serumah dengan anaknya yaitu Tn. S. Masalah kesehatan atau riwayat kesehatan: Ny.S mempunyai riwayat Diabetes Mellitus.
2. Type Keluarga:
Termasuk tipe Keluarga inti (Nuclear family) yaitu keluarga yang
terdiri dari ayah, ibu, dan anak-anak.
3 Budaya:
Ny.S adalah asli keturunan jawa dan dalam berkomunikasi sehari-hari
menggunakan bahasa jawa. Tidak ada pantangan dan kebiasaan budaya (adat)
yang berhubungan dengan masalah kesehatan.
4. Agama :
Keluarga Ny. S menganut agama Kristen. Tidak ada kepercayaan khusus dalam
keluarga Ny, S yang berkaitan dengan kesehatan.
5. Status Sosial Ekonomi Keluarga:
Penghasilan keluarga antara Rp. 1.500.000,00 sampai Rp. 2.000.000,00 per
bulan. Uang sebesar ini diperoleh dari gaji anaknya sebagai satpam di RS Kasih
Ibu dan kadang sebagai petugas parkir di RS Kasih Ibu.
6. Aktivitas Rekreasi Atau waktu Luang Keluarga:
Rekreasi jarang dilakukan. Aktivitas yang paling menyenangkan bagi keluarga
adalah menunggui cucunya yang dtitipkan dirumahnya saat ditinggal kerja orang
tuanya. Di rumah memiliki televisi, radio maupun tape recorder.
B. Riwayat dan tahap perkembangan keluarga
7. Tahap perkembangan keluarga saat ini (ditentukan dengan anak tertua)
Saat ini keluarga sudah berada pada tahap perkembangan keluarga dengan anak
dewasa.
8. Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi :
Semua tugas perkembangan keluarga sudah terpenuhi. Anak terakhir yang
belum berkeluarga masih tinggal satu rumah dan hidup mapan dan memiliki
penghasilan yang cukup. Anak-anak sebagian juga telah memiliki tempat
tinggal masing- masing yang terpisah.
9. Riwayat kesehatan keluarga inti:
Ny. S, mengatakan telah 5 tahun ini menderita diabetes mellitus. Dan pernah
menjalani rawat inap di rumah sakit Kasih Ibu 5 tahun yang lalu
karena diabetes mellitus dan diperbolehkan pulang dalam kondisi sudah
sembuh dari sakitnya. Penyakit ini diketahui pada saat klien pingsan pada saat
berjualan, klien dulunya tidak mengetahui kalau dirinya mempunyai penyakit
diabetes mellitus. Sejak saat itu Ny. S mendapatkan pengobatan dari dokter
maupun dari Puskesmas Stabelan secara teratur. Ny. S selalu menjalankan
diet rendah gula setiap hari. Dia juga tidak berani mengkonsumsi daging.
10. Riwayat kesehatan keluarga sebelumnya:
Ny. S. mengaku tidak ada keluarga yang mempunyai penyakit diabetes
mellitus, hanya Ny. S yang terkena diabetes mellitus dan suami Ny. S
meninggal 5 tahun yang lalu karena syok mengetahui Ny. S menderita Diabetes
Mellitus
C. Pengkajian keluarga
11. Karakteristik Rumah
Keluarga menempati rumah seluas 120 m² (10m x 12 m)yang terbuat dari
tembok permanen secara keseluruhan yang merupakan tanah milik sendiri. Atap
terbuat dari genting yang dipertahankan oleh kayu. Dalam rumah kelihatan
terang, pencahayaan cukup karena terpasang genting kaca, jendela.
Rumah keluarga memiliki 1 ruang tamu,2 kamar tidur, 1 ruang dapur, 1 kamar
mandi, 1 WC. Peresapan WC (septic tank) berada dalam tanah dibawah WC..
Dalam ruang tamu terdapat satu set kursi kayu, 1 almari, 1 rak televisi, 1 kipas
angin. Kamar tidur di masing-masing kamar terbuat dari tembok permanen
dengan ventilasi yang cukup. Di ruang dapur terdapat kompor dan perabotan
dapur lainnya. Bak penampung air minum diletakkan tidak jauh dari kompor.
Rak tempat perabot dapur diletakkan di dinding dapur bagian belakang tak jauh
dari tempat mencuci perabot tersebut.
Keterangan
1. Kamar tidur
2. Ruang tamu
3. Kamar mandi
4. Dapur
12. Karakteristik Tetangga dan Komunitas
Keluarga Ny.S tinggal di lingkungan yang padat penghuni. Di sebelah kanan
rumahnya adalah rumah tetangga, di samping kiri jalan menuju Rt sebelahnya,
dan dibelakang rumah adalah rumah tetangga yang sudah berbeda Rt.
Sedangkan di depan rumahnya terbentang jalan menuju puskesmas.
13. Mobilitas Geografis Keluarga:
Menurut Ny. S. keluarga sudah menempati hampir lebih dari 10 th malah
Hampir 45 tahun sejak Ny.S menikah dengan suaminya yang asli orang
stabelan. Sekarang apabila Ny. M merasa tidak enak badan segera periksa ke
Puskesmas Stabelan yang hanya berjarak sekitar 100 meter. Apabila Ny. S
bepergian selalu diantar oleh anaknya dengan mengendari sepeda motor.
14. Perkumpulan Keluarga dan Interaksi dengan Masyarakat
Ny. S. adalah penduduk pendatang tetapi suaminya penduduk asli stabelan
dan sudah lama Ny. S tinggal di desa tersebut. Mereka telah mengenal akrab
dengan hampir seluruh penduduk asli, terutama yang usianya sebaya. Mereka
juga aktif mengikuti kegiatan-kegiatan yang diadakan oleh warga.
15. Sistem Pendudukung Keluarga
Sistem pendukung yang dimiliki oleh keluarga adalah keenam anaknya yang
sudah berkeluarga yang selalu memberikan dana tambahan untuk keperluan
hidup sehari- hari. Dan satu anaknya yang belum menikah yang masih tinggal
serumah yang menjadi tulang punggung keluarga dan mengantar berobat bila
sakit. Disamping itu, tetangga sekitar juga sering membantu tenaga jika
keluarga mengalami masalah.
D. Struktur Keluarga
16. Pola/cara Komunikasi Keluarga:
Arah : Dua arah
Frekuensi : Sering
Tipe : Terbuka
Media : Langsung
Efektifitas : Sangat efektif
Masalah : Tidak ada masalah
17. Struktur Kekuatan Keluarga:
Kebijakan keluarga tidak sepenuhnya berada ditangan Ny. S, kadang anaknya
yang mengambil keputusan dalam keluarga.
18. Struktur Peran
Formal
Ny. S berperan sebagai kepala keluarga, pendidik bagi keluarganya serta
sebagai anggota masyarakat dilingkungan tempat tinggalnya. Pencari
nafkah anaknya yaitu Tn S.
Informal
Ny. S kadang berperan sebagai pengambil keputusan pada saat Tn S tidak
berada dirumah, saat Tn S bekerja
19. Nilai dan Norma Keluarga
Sebagai keluarga Jawa yang tinggal di kota, keluarga Ny.S. tetap mematuhi
nilai dan norma yang berlaku di masyarakatnya. Di samping nilai dan norma
agama Kristen sebagai acuan utama.
E. Fungsi Keluarga
20. Fungsi afektif
Ny. S selalu memperhatikan keluarga, anak-anaknya, cucu-cucunya, meskipun
tidak tinggal satu rumah dengan Ny S. Ny S selalu menghargai sikap anggota
keluarganya.
21. Fungsi sosialisasi
Ny. S. selalu menanamkan disiplin pada anaknya. Walaupun sudah tua
masih disiplin dalam beberapa hal, misalnya bangun pagi, dan mengikuti
kegiatan kampung lainnya demikian juga Tn. S
22. Fungsi perawatan kesehatan
Mengenal Masalah
Ny. S mengatakan mempunyai penyakit diabetes mellitus sekitar 5 tahun yang lalu. Menurut Ny. S diabetes mellitus adalah kadar gula darahnya lebih dari normal. Ny. S hanya mengatakan mengerti pada penderita diabetes mellitus tidak boleh mengkonsumsi gula yang berlebih tetapi Ny. S bisa mengurangi takaran gula saat makan. Ny. S mengatakan hanya Tn.S yang sering mengingatkan untuk mengurangi mengkonsumsi gula. Ny. S mengatakan nyeri pada punggung, akibat dari post operasi DM yang dilakukan pada 5 tahun yang lalu saat diketahui Ny S terkena penyakit Diabetes Mellitus.
Mengambil Keputusan
Keluarga Ny. S sudah dapat mengambil keputusan untuk mengatasi masalah kesehatan yang terjadi. Hal tersebut dapat dilihat dari penanganan yang dilakukan didalam mengatasi penyakit diabetes mellitus dalam mengatasi penyakit diabetes mellitus yaitu dengan berobat ke puskesmas atau ke RS Kasih Ibu.
Merawat Anggota Keluarga yang Sakit
Keluarga Ny S mengatakan apabila ada anggota keluarganya yang sakit
maka mereka akan merawat dengan baik. Perawatan yang telah dilakukan
pada Ny. S adalah memeriksakan ke puskesmas jika diabetes mellitus
kambuh.
Memodifikasi lingkungan
Keluarga Ny S kurang tahu bagaimana supaya tidak menimbulkan risiko penyakit pada keluarganya, sementara yang dilakukan hanya membersihkan rumah setiap hari dan membuka pintu rumah.
Memanfaatkan Pelayanan Kesehatan
Apabila ada anggota keluarga yang sakit maka keluarga Ny S akan membawanya ke Puskesmas, ataupun ke RS Kasih Ibu.
23. Fungsi reproduksi
Ny. S. selama menikah dianugerahi 2 orang anak laki-laki. Ny. S mengatakan tidak pernah melakukan KB. Saat ini keenam anaknya telah menikah, dan tidak tinggal satu rumah dengan Ny S, anak-anaknya tidak hanya tinggal di wilayah Surakarta, ada yang tinggal di Jakarta dan yang 1 masih tinggal 1 rumah dengan Ny S.
24. Fungsi ekonomi
Sejak Ny. S. sakit Diabetes Mellitus sekitar 5 tahun yang lalu, semua biaya hidup sehari-hari keluarga ditanggung sepenuhnya oleh Tn S yang masih tinggal satu rumah dengan bekerja di RS Kasih Ibu dengan penghasilan yang cukup untuk membiayai kebutuhan keluarga.
F. Stress dan koping keluarga
25. Stressor jangka pendek dan panjang:
Stressor jangka pendek
Ny. S. mengatakan bahwa kadang-kadang terjadi masalah-masalah kecil dengan anaknya Tn S, akan tetapi hal tersebut tidak berlanjut menjadi konflik yang berkepanjangan karena diselesaikan dengan baik dengan musyawarah.
Stressor jangka panjang
Ny. S. mengatakan selama ini tidak ada hal-hal yang menjadi penyebab stress berkepanjangan karena setiap ada masalah yang terjadi segera diselesaikan secara kekeluargaan dan musyawarah.
26. Kemampuan keluarga berespon terhadap situasi / stressor dan strategi koping
yang digunakan :
Apabila ada anggota keluarga yang sakit keluarga Ny.S akan segera periksa ke puskesmas, untuk mendapatkan pengobatan dan perawatan secepatnya supaya penyakitnya tidak tambah parah.
G. Pemenuhan kebutuhan dasar manusia
27. Praktik diet keluarga (nutrisi dan cairan)
Ny. S dalam keluarganya tidak ada pantangan dalam makanan yang menyebabkan alergi pada kulit. Ny. S mengatakan untuk dirinya semua makanan sudah yang tidak banyak mengandung gula demikian juga untuk lauknya Ny. S sudah tidak makan daging. Ny. S jarang memasak, biasanya Ny S dibelikan makanan oleh anaknya yaitu Tn S, sedangkan minumnya dalam sehari Ny S menkonsumsi teh 1 gelas dan minum air putih sekitar 5 gelas. Tn S jarang makan dan minum dirumah biasanya Tn S makan dan minum diluar rumah dengan membeli makanan di warung.
28. Istirahat dan tidur keluarga
Ny. S mengatakan jarang tidur siang dan pada saat malam kadang-kadang tidak bisa tidur dikarenakan Ny. S tidak bisa istirahat jika suasananya ramai.
Tn. S jarang tidur siang dan malam dikarenakan Tn S bekerjanya tidak menentu disesuaikan dengan shiff dari RS, sedangkan saat libur dari bekerja
Tn S jarang beristirahat.
29. Olah raga/ mobilisasi
Ny S tidak pernah melakukan olahraga, Tn. S juga tidak pernah berolahraga
dikarenakan sibuk bekerja.
30. Eliminasi
Ny. S mempunyai pola BAB satu hari sekali, BAK 4-6 kali perhari tetapi kadang 2 sampai 3 hari baru BAB. Tn R biasa BAB sekali perhari, BAK 4-5 kali perhari.
31. Personal hygiene
Keluarga Ny. S mempunyai kebiasaan mandi dua kali sehari. Gosok gigi dua kali sehari pada saat mandi pagi atau mandi sore. Ny.S dan Tn S keramas seminggu tiga kali serta potong kuku setiap kali kukunya tampak panjang, kurang lebih dua minggu sekali.
H Pengkajian Psikiatrik
32. Konsep diri
Ny S mengatakan dulunya seorang pedagang makanan mempunyai warung makan, sekitar 5 tahun yang lalu setelah menjalani operasi karena penyakit Diabetes Mellitus yang dideritanya Ny S tidak bekerja, sekarang Ny S dirumah mengasuh cucunya.
33. Status kesehatan mental
Status kesehatan mental keluarga Ny. S, sadar pada diri sendiri dan lingkungan.
Saat diajak bicara dengan suara normal,
34. Pengkajian resiko
Tidak ada faktor resiko yang menyebabkan masalah kejiwaan pada keluarga
Ny. S.
I. Pemeriksaan penunjang (laboratorium, rontgen, dll)
Tidak ada
J. Harapan keluarga terhadap perawat berhubungan dengan masalah yang dihadapi
1. Persepsi keluarga terhadap perawat
Keluarga Ny. S menganggap perawat adalah seseorang yang mampu membantu jika ada masalah kesehatan yang di alami.
2. Harapan keluarga pada perawat
Keluarga berharap bisa diberikan informasi tentang hal-hal yang berkaitan dengan penyakit Diabetes Mellitus, yang diderita oleh Ny. S misalnya bagaimana cara menurunkan kadar gula darah.
K. Pemeriksaan Fisik
1. Ny. S
Keadaan umum: compos mentis
Tekanan darah: 140/100 mmHg
Frekuensi nadi: 80 X/menit
Frekuensi nafas: 22 X/menit
Suhu tubuh: 36,7oC
Tinggi badan: 150 cm
BB : 45 kg
Kepala: tidak didapatkan benjolan abnormal, rambut hitam
Mata: pandangan mengalami penurunan, jarak pandang sekitar 30 cm, memakai alat bantu kacamata.
Hidung: bentuk tidak ada kelainan
Telinga : pendengaran masih berfungsi baik
Leher: tidak ditemukan benjolan yang abnormal
Dada: bentuk dada simetris sesuai irama nafas, ronchi basah (-), wheezing (-).
Abdomen: hepar tidak membesar, peristaltic usus (+).
Ekstrimitas: dapat bergerak sesuai rentang gerak sendi dengan pelan, ada keluhan nyeri tekan, ditemukan luka post operasi debridement pada punggung.
2. Tn. S.
Keadaan umum: baik
Tekanan darah: 120/80 mmHg
Frekuensi nadi: 80 X/menit
Frekuensi nafas: 20 X/menit
Suhu tubuh: 36.5oC
Tinggi badan: 165 cm
Kepala: tidak didapatkan benjolan abnormal, rambut hitam
Mata: kelopak tidak edema, konjungtiva tidak anemis, penglihatan baik.
Hidung: bentuk tidak ada kelainan
Leher: tidak ditemukan benjolan yang abnormal
Dada:bentuk dada simetris sesuai irama nafas , ronchi (-), wheezing (-).
Abdomen:hepar tidak membesar, peristaltic usus (+).
Ekstrimitas: dapat bergerak sesuai rentang gerak sendi, tidak ada keluhan nyeri tekan.
I. ANALISA DATA
No Tanggal Data fokus Diagnosa keperawatan
1. 13 July 2011
S : Ny. S mengatakan tidak melakukan diet secara
Keseluruhan (tidak banyak
mengkonsumsi makanan yang
mengandung gula)
O : pada saat ini
makan tidak sesuai dengan diet DM
BB 45 kg, TB 150cm
KU baik.
Manajemen regimen terapeutik keluarga tidak efektif: (diet DM) pada keluarga Tn . SR khususnya Ny. S berhubungan dengan ketidak mampuan keluarga Tn SR mengenal masalah kesehatan (Diet DM)
2. 13 July 2011
S : Keluarga Ny S Mengatakan Ny S sakit DM sejak 5 tahun yang lalu, Keluarga Ny S dan Ny S Tidak tahu komplikasi DM, penyebab dan perawatan DM.
-Tn P mengatakan kadang-kadang kakinya kesemutan
O : KU baik, turgor kulit
baik, pandangan
kabur, jarak pandang
30 cm, memakai alat
bantu kacamata
TD : 140/100 mmHg
Nadi : 80 kali/menit
Resp : 22 kali/menit
Temp : 36,70C
TB : 150Cm
BB : 45 kg Resiko terjadinya komplikasi penyakit DM pada Ny S berhubungan dengan
ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang menderita DM
3. 13 July 2011
S :Ny S mengatakan nyeri pada ekstrimitas bawah (punggung)
Ny S mengatakan terdapat luka post operasi 5 tahun yang lalu
O : Tampak luka post operasi DM pada punggung
Ny S tampak meringis kesakitan Luka post operasi DM Ny S berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang menderita DM.
II. PRIORITAS MASALAH
No Tanggal Prioritas Masalah Pembenaran TTD
1. 13 July 2011 High Priority
Manajemen regimen terapeutik keluarga tidak efektif: kebutuhan gizi yang harus dikonsumsi pada keluarga Ny. S berhubungan dengan ketidaktahuan penatalaksanaan diet DM DM adalah penyakit kronis yang bila tidak tertangani
dengan baik dan benar akan menyebabkan gangguan
multi sistem, sehingga dalam hal ini diet menjadi prioritas
utama untuk dapat
mengurangi kadar gula darah supaya tidak naik
2. 13 July 2011 Medium priority
Luka post operasi DM Ny S berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang menderita DM.
Luka bila tidak ditangani dengan baik akan mengakibatkan infeksi lebih lanjut
3. 13 July 2011 Low priority
Resiko terjadinya komplikasi penyakit DM pada Ny S berhubungan dengan
ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang menderita DM DM adalah penyakit kronis yang mengakibatkan
gangguan metabolisme
karbohidrat, protein, dan lemak.
Bila tidak tertangani dengan baik dan benar akan
menyebabkan gangguan
multi sistem dan bisa
mempunyai karakteriastik
hyperglicemi/ hypoglicemi
.
III. RENCANA KEPERAWATAN
No Diagnosa Keperawatan Tujuan Kode NIC Rencana tindakan
Umum Khusus
1. Manajemen regimen terapeutik keluarga tidak efektif: kebutuhan gizi yang harus dikonsumsi pada keluarga Ny. S berhubungan dengan ketidaktahuan penatalaksanaan diet DM Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 minggu
manajemen keluarga terapetik efektif pada keluarga Ny. S dapat bertambah dengan kriteria hasil:
Ny. S dapat menjelaskan penatalaksanaan diet DM Setelah dilakukan kunjungan rumah selama 3 x 30 menit keluarga Ny. S mengetahui tentang pendidikan kesehatan dan
perlunya penatalaksanaan diet DM pada Ny. S. dengan kriteria hasil
• Ny. S tahu tentang kebutuhan diet DM yang diperlukan.
• Diskusikan dengan Ny. S dan keluarga tentang penatalaksanaan diet DM
• Libatkan keluarga dalam hal penatalaksanaan diet DM
2. Luka post operasi DM Ny S
berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga merawat
anggota keluarga
yang menderita
DM
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 minggu tidak terjadi infeksi
Pada luka post operasi pada Ny S dengan kriteria hasil :
• Tidak ada tanda-tanda infeksi
• Luka tampak kering,bersih Setelah dilakukan 3x30 menit keluarga mampu mengenal masalah DM, dengan kriteria hasil:
a. Menyebutkan pengertian DM
b. Menyebutkan penyebab DM
c. Menyebutkan tanda dan gejala DM
a. Diskusikan dengan keluarga tentang pengertian, penyebab, tanda dan gejala DM
b. Memotivasi anggota keluarga dalam mengambil keputusan untuk merawat anggota keluarga yang menderita DM
3 Resiko terjadinya komplikasi penyakit DM pada Ny S berhubungan dengan
ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang menderita DM Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 minggu resiko terjadinya komplikasi penyakit DM pada keluarga Ny.S tidak terjadi dengan kriteria hasil:
• Ny S dapat menjelaskan penatalaksanaan diet DM.
• Ny S mampu mempraktekkan
• penatalaksanaan diet DM
Setelah dilakukan
kunjungan
rumah selama 3 x 30 menit keluarga Ny. S mampu
merawat anggota
keluarga yang
menderita sakit yaitu Ny S
dengan kriteria
hasil :
1.Ny S tahu tentang kebutuhan diet DM yang
diperlukan.
• Diskusikan dengan Ny S dan keluarga tentang penatalaksanaan diet DM.
• Libatkan keluarga dalam hal penatalaksanaan diet DM.
• Libatkan keluarga dalam pemeriksaan gula dengan glucotes
IV. CATATAN PERKEMBANGAN
NO DX TANGGAL IMPLEMENTASI EVALUASI FORMATIF
1. 13-07-2011
Jam 10.00
18-07-2011
Jam 12.00
20-07-2011
Jam 10.00
23-07-2011
Jam 10.15
27-07-2011
Jam 08.30
28-07-2011
Jam 11.00 • Mendiskusikan dengan Ny. S dan keluarga tentang penatalaksanaan diet DM
• Libatkan keluarga dalam hal penatalaksanaan diet DM
• Mendiskusikan dengan Ny. S dan keluarga tentang penatalaksanaan diet DM
• Libatkan keluarga dalam hal penatalaksanaan diet DM
• Libatkan keluarga dalam hal penatalaksanaan diet DM
• Mendiskusikan dengan Ny. S dan keluarga tentang penatalaksanaan diet DM
S : Ny.S mengatakan tahu tentang
penatalaksanaan diit DM
O : Ny. S mampu menyiapkan diit
DM
S : Keluarga Ny S mengatakan mampu menyiapkan diit DM
O : Keluarga Ny S kooperatif
S : Ny. S mengatakan tahu penatalaksanaan diit DM
O : Ny. S kooperatif
S : Keluarga Ny S mengatakan mampu menyiapkan diit DM
O : Diit Ny S disendirikan
S : Keluarga Ny S mengatakan mampu menyiapkan diit DM
O : Keluarga Ny S kooperatif
Diit Ny S disendirikan
S : keluarga mau melaksanakan diit DM
O : keluarga kooperatif
2 13-07-2011
Jam 11.00
18-07-2011
Jam 13.00
20-07-2011
Jam 09.00
23-07-2011
Jam 11.00
27-07-2011
Jam 08.00
27-07-2011
Jam 10.00 • Mendiskusikan dengan keluarga tentang pengertian, penyebab
• Memotivasi anggota keluarga dalam mengambil keputusan untuk merawat anggota keluarga yang menderita DM
• Mendiskusikan dengan keluarga tentang penyebab
• Mendiskusikan dengan keluarga tentang tanda dan gejala DM
• Memotivasi anggota keluarga dalam mengambil keputusan untuk merawat anggota keluarga yang menderita DM
• Mendiskusikan dengan keluarga tentang pengertian, penyebab, tanda dan gejala DM
S : keluarga Ny.S mengerti penyebab DM
O : keluarga Ny.S kooperatif
S : Keluarga Ny.S mau merawat Ny.S
O : keluarga kooperatif
S : Keluarga Ny.S mengerti penyebab DM
O : keluarga mampu menjelaskan penyebab DM
S : Keluarga Ny.S mengerti tanda dan gejala DM
O : keluarga NY.S mampu menjelaskan penyebab DM
S :Keluarga Ny.S mau merawat Ny.S
O : Keluarga Ny.S kooperatif
S : Keluarga mengetahui apa itu DM
O : Keluarga mampu menjelaskan apa itu DM
3 13-07-2011
Jam 12.10
18-07-2011
Jam 12.15
20-07-2011
Jam 08.45
23-07-2011
Jam 11.30
27-07-2011
Jam 08.20
24-11-2010
Jam 10.00 • Diskusikan dengan Ny S dan keluarga tentang penatalaksanaan diet DM.
• Libatkan keluarga dalam hal penatalaksanaan diet DM.
• Libatkan keluarga dalam pemeriksaan gula dengan glucotes
• Diskusikan dengan Ny S dan keluarga tentang penatalaksanaan diet DM.
• Libatkan keluarga dalam hal penatalaksanaan diet DM.
• Diskusikan dengan Ny S dan keluarga tentang penatalaksanaan diet DM.
S : Keluarga Ny.S tau tentang diit DM
O : keluarga mampu menyiapkan diit DM
S : Keluarga Ny.S mengatakan mampu menyiapkan Diit DM
O ; Keluarga Ny.S kooperatif
S : keluarga Ny.S menyetujui untuk pemerikasaan
O : hasil GDS : 465 mg/dl
S : keluarga mengerti diit DM
O : Keluarga tampak kooperatif
S : keluarga mau memberikan diit DM
O : keluarga kooperatif
S : keluarga mengerti diit DM
O : keluarga kooperatif
VI. EVALUASI SUMATIF
DIAGNOSA KEPERAWATAN EVALUASI SUMATIF
Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan post operasi debridement S : Ny.S mengatakan masih nyeri. Skala 3.
O : pasien tampak meringis kesakitan,
Tampak luka bekas DM.
A : Masalah teratasi sebagian
P : intervensi dilanjutkan
Resiko infeksi berhubungan dengan luka post operasi debridement. S : Ny.S mengatakan badan sedikit
enakan setelah melakukan diit DM.
O : pasien tampak melakukan aktifitas
sehari hari.
A: Masalah teratasi sebagian
P: intervensi dilanjutkan
Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah kesehatan keluarga berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang penyakit diabetus mellitus S : Ny.S mengatakan mengerti tentang
DM.
Ny.S mengatakan telah
melaksanakan diit DM
O: Ny.S mampu melakukan diit DM
Ny.S mampu menjelaskan pengertian
DM
A: Masalah teratasi sebagian
P : Intervensi dihentikan
BAB IV
PEMBAHASAN
Berdasarkan pengkajian yang dilakukan tanggal 13 July 2011 pada keluarga Ny. S didapatkan data bahwa pada keluarga Ny.S terdapat penderita Diabetus Melitus (DM) yaitu Ny.S, Ny.S menderita Diabetus Melitus sejak tahun 2006. Ny. S belum mengerti secara jelas tentang penatalaksanaan Diabetus Melitus yaitu tentang perawatan Diabetus Melitus yang mencakup diet, aktivitas dan manajemen stress, dan Ny. S sendiri merasa kurang adanya dukungan sosial dari keluarga. Ny. S merasakan tidak nyaman dengan nyeri yang dirsakan pada punggungnya akibat dari post opersi debdridement. Pada implementasi untuk masalah tersebut selama 1 bulan kunjungan pada keluarga Ny. S salah satunya di lakukan penataksanaan perawatan Diabetus Melitus untuk menurunkan kadar gula darah, dilakukan karena selama ini penanganan untuk Diabetus Melitus lebih banyak didominasi oleh pemberian obat-obatan anti Diabetus Melitus, sedangkan efek samping dan resiko jangka panjang yang sering ditimbulkan oleh obat-obatan yang justru akan menimbulkan masalah kesehatan yang tidak di inginkan.
Tujuan utama terapi diabetes mellitus mencoba menormalkan aktivitas insulin dan kadar glukosa darah dalam upaya untuk mengurangi komplikasi vaskuler serta neuropati. Tujuan terapeutik pada setiap tipe diabetes adalah mencapai kadar glukosa darah normal. Komponen dalam penatalaksanaan diabetes meliputi, Diet , Latihan, Pemantauan, Terapi (jika diperlukan), Pendidikan.
Kadar zat lemak yang rendah dalam makanan sangat penting bagi orang-orang yang mengidap penyakit diabetes dengan Menjaga berat badan yang ideal, Mengurangi kandungan zat lemak dalam diet dan dibarengi dengan berolahraga adalah suatu cara yang paling baik untuk mengatur berat badan, Seseorang yang mengidap penyakit kencing manis lebih berisiko untuk mengalami penyakit jantung. Dengan mengurangi zat lemak jenuh dari makanan akan menolong mengurangi terjadinya hal ini.
Oleh karena itu, perawat sebagai bagian integral di tenaga kesehatan dapat menggali pengetahuan dan teknik-teknik keperawatan yang dapat dimanfaatkan dalam perawatan Diabetus Melitus, bagaimana mengatasi Diabetus Melitus tanpa harus bergantung pada obat-obatan sehingga pasien bisa lebih nyaman dan aman, misalnya dengan mengimplementasikan merebus daun salam untuk menurunkan kadar gula darah.
Penderita DM dianjurkan tidak mengkonsumsi makanan karbohidrat berlebih. Sebaliknya, mengkonsumsi sumber karbohidrat berserat alami seperti roti biji gandum, biskuit berserat, sayuran, kacang-kacangan, dan buah segar (kadar gula rendah).Tiga hal penting pada penderita DM adalah jumlah, jadwal dan jenis makanan. Jumlah kalori yang telah ditetapkan harus dihabiskan. Jadwal makanan sesuai dengan jam makan terdaftar. Jenis makanan harus diperhatikan. Tujuan utama penatalaksanaan diet DM adalah mengatur glukosa darah dan mencegah timbulnya komplikasi akut dan kronik.
Olahraga secara teratur bagi penderita DM sangat dianjurkan, seperti jalan kaki atau senam. Paling tidak 20 sampai 45 menit per hari. Penderita DM dianjurkan makan secukupnya. Usahakan memakan 3 - 4 porsi buah-buahan segar dalam sehari dan secara teratur agar dapat mengontrol kondisi diabetes dengan baik.
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1. Adapun masalah keluarga yang ditemukan Manajemen regimen terapeutik keluarga tidak efektif: (diet DM) pada keluarga Tn . SR khususnya Ny. S berhubungan dengan ketidak mampuan keluarga Tn SR mengenal masalah kesehatan (Diet DM).
2. Semua perencanaan sesuai dengan lima tugas kesehatan keluarga dan sumber – sumber serta kekuatan keluarga.
3. Semua perencanaan yang dilakukan sesuai dengan rencana yang telah disusun berdasarkan pada masalah dan kondisi keluarga
4. Dari 3 masalah keperawatan yang ditemukan dapat teratasi sebagian karena adanya sikap terbuka dan kooperatif dari keluarga
B. SARAN
Saran – saran yang penulis berikan untuk perbaikan dalam meningkatkan mutu asuhan keperawatan pada keluarga adalah sebagai berikut :
1. Untuk teman sejawat yang akan memberikan asuhan keperawatan pada keluarga hendaknya perlu mempersiapkan diri dalam melakukan pengkajian menggunakan komunikasi yang lugas, memberikan informasi yang jelas tentang maksud dan tujuan meningkatkan kemampuan dalam melihat masalah kesehatan serta dalam menentukan intervensi – intervensi yang harus dipertimbangkan faktor-faktor hambatan yang ada didalam keluarga.
2. Dalam melaksanakan asuhan keperawatan ada keluaarga hendaknya melibatkan keluarga untuk mengambil keputusan.
3. Untuk keluaraga diharapkan telah mendapatkan asuhan keperawatan keluarga secara komprehensif, keluarga dapat mengenal masalah kesehatan dan dapat mengambil keputusan atau tindakan untuk mengatasi masalah serta dapat melanjutkan kembali perawatan terhadap anngota keluarga.
4. Melakukan kerjasama lintas program (puskesmas) dan lintas sektoral (RT, Kelurahan) dan instansi yang terkait sehingga memudahkan keluarga dalam memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada di masyarakat.
Komentar
Posting Komentar