Askep Eklamsia


PENDAHULUAN
EKLAMPSIA

A.    Pengertian
Pre eklampsi adalah timbulnya hipertensi disertai proteinuria dan edema akibat kehamilan setelah persalinan. Sedangkan eklampsia adalah pre eklampsia yang disertai kejang atau koma yang timbul bukan akibat kelainan neurologi ( Mansjoer. 2000 ).
Eklampsia adalah kelainan akut pada ibu hamil, saat hamil tua, persalinan atau masa nifas, ditandai dengan timbulnya kejang atau koma, dimana sudah menunjukkan gejala-gejala pre eklampsia ( hipertensi, edema, proteinuria) , (wijaatmadja 1994).

B.     Etiologi
Pre eklampsi dan eklampsi dikenal sebagian disease of theories dikarenakan pada saat sekarang etiologi dan patogenesis belum diketahui dengan jalas. Beberapa faktor yang diduga berperan diantaranya:
1.      Faktor immunologi.
2.      Predisposisi secara genetik.
3.      Kekerangan zat terutama dalam diet.
4.      Perubahan reaktivitas vaskuler.
5.      Ketidakseimbangan antara prostasiklin.
6.      Penurunan volume intravaskuler.
7.      Peningkatan kepekaan susunan saraf pusat.
8.      Regangan otot uterus (iskemia).
9.      Gangguan dalam perfusi plasenta.

C.    Patofisiologi
Kadar asam urat yang meningkat dalam darah ibu merupakan indikator dini dari preeklamsi dan eklamsi. Peningkatan volume darah karena vasodilatasi/adanya retensi natrium sehubungan dengan meningkatnya kadar aldesteron yang beredar sebesar 40 % pada kehamilan merupakan penyebab terjadinya edema, hal tersebut terjadi karena meningkatnya volume darah melebihi peningkatan jumlah sel darah merah, sehingga kadar hemoglobin dan viskositas darah menurun dan menyebabkan peningkatan cairan ekstraseluler dan timbulnya edema perifer. Selain itu penyebab timbulnya edema adalah pembesaran uterus yang menghambat aliran darah vena, meningkatnya permeabilitas kapiler dan menurunnya kadar albumin.
Penyebab sampai sekarang belum jelas penyakit ini dianggap suatu “ maladaption syndrom )” dengan akibat suatu vasuspasme general dan perdarahan pada dengan akibat yang lebih serius pada organ hati, ginjal, otak, paru-paru dan jantung yakni terjadi nekrosis dan perdarahan pada organ-organ tersebut.
Hipertensi pada pre eklampsi disebabkan karena adanya peningkatan kepekaan terhadap hormon-hormon vasoaktif, konstriksi pembuluh darah merupakan tahanan bagi aliran darah dan menyebabkan hipertensi atrial. Sedangkan meningkatnya kadar angiotensin perifer dapat menyebabkan vasokontriksi perifer dan menyebabkan hipertensi
           

PATHWAY
Hipoperfusi utero plasenta
Ketidakseimbangan antara massa plasenta dan aliran darah



Renin uterin meningkat
Degenerasi trofoblas
                                                                                                                               Vasodilatasi
Pelepasan tromboplastin
Angiotensin perifer meningkat
Angiotensin uterin  meningkat
 



Deposit fibrine pada glomerulus
                                               
PGE Uterin meningkat
                                                                                                  
                                                                                              supresi
GFR menurun
Proteinuria
 
Ekspansi  volume
Reabsorbsi Na asam urat  meningkat
Vasokontriksi sensitifitas vaskuler meningkat
Hipertensi
 





Kejang
                                                                
Edema
                                                                                                              


D.    Pembagian Eklamsia
Berdasarkan waktu terjadinya eklamsia dapat dibagi menjadi
1.         Eklamsi gravidarum
Kejadian 50-60 % serangan terjadi dalam keadaan hamil.
2.      Eklamsi parturientum
Kejadian sekitar 30-35% terjadi saat inpartu dimana batas dengan eklamsi gravidarum sukar dibedakan terutama saat mulai inpartu.
3.      Eklamsi puerperium
Kejadian jarang sekitar 10 % terjadi serangan kejang atau koma setelah persalinan berakhir.
E.     Tanda dan Gejala Klinis
Pre eklampsi ringan :
1)      Hipertensi : didapatkan kenaikan tekanan darah sistole ≥ 30 mmHg dan diastole ≥ 15 mmHg atau tekanan darah ≥ 140/90 mmHg.
2)      Proteinuria : bila didapat protein dalam urin yang melebihi 0,3 gr/Lit dalam 24 jam atau + +
3)      Edema : bila mempunyai nilai 1+ pitting edema di daerah pretibia, dinding abdomen, lumbosakral, wajah dan tangan. Kenaikan13  BB 500 gr/minggu atau 2000gr/ bulan atau 13 kg untuk seluruh masa kehamilan.
4)      Tidak selalu ditemukan gejala subyektif antara lain : pisung, mual.
Pre eklampsi berat :
1)      Tekanan darah sistole ≥ 160 mmHg dan diastolik ≥ 110 mmHg.
2)      Proteinuria ≥ 0,5 gr/L dalam 24 jam (3+/4+ pada pemeriksaan kwalitatif) atau 3x(ewit).
3)      Oliguria yaitu produksi urin < 500 ml/24 jam yang disertai kadar creatinin plasma
4)      Trombosit < 100.000/mm
5)      Nyeri epigastrium atau pada kuadran kanan atas abdomen
6)      Gangguan visus / perdarahan retina
7)      Edema pulmonal dan coma
8)      Dapat timbul sesak nafas dan sianosis tampak pada ujung jari dan kuku
9)      Adanya HELLP SYNDROME
Eklampsia :       
1)        Terjadi pada kehamilan 20 minggu atau lebih.
2)        Terjadi tanda-tanda pre eklamsia ( hipertensi, edema, proteinuriamsakit kepala yang berat, penglihatan kabur, nyeri ulu hati, kegelisahan atau hiperfleksi).
3)        Kejang- kejang atau koma
Kejang dalam eklamsia ada 4 tingkatan meliputi:
a.       Tingkat awal atau aura ( invasi )
Berlangsung 30-35 detik, mata terpaku dan terbuka tanpa melihat ( pandangan kosong ), kelopak mata dan tangan bergetar kepala diputar kekanan dan kekiri.
b.      Stadium kejang tonik
Seluruh otot badan menjadi kaku, wajah kaku, tangan menggenggam dan kaki membengkok ke dalam, pernafasan berhenti. Muka mulai kelihatan sianosis lidah dapat tergigit berlangsung kira-kira 20-30 detik.
c.       Stadium kejang klonik
Semua oto berkontraksi dan berulang-ulang dalam waktu yang cepat, mulut terbuka dan menutup, keluar ludah berbusa dan lidah dapat tergigit, mata melotot, muka kelihatan kongesti dan sianosis, setelah berlangsung 1-2 menit kejang klonik berhenti dan penderita tidak sadar menarik nafas sdeperti mendenggur.
d.      Stadium koma
Lamanya ketidaksadaran ini beberapa menit sampai berjam- jam kadang antara kesadaran timbul serangan baru dan akhirnya penderita tetap dalam keadaan koma.
4)        Kadang- kadang disertai dengan gangguan  fungsi organ.

F.     Pemeriksaan dan diagnostik
Diagnostik eklamsi dapat ditegakkan apabila terdapat tanda- tanda sampai berikut:
·         Berdasarkan gejala klinis diatas
·         Pemeriksaan laboratorium meliputi adanya protein dalam air seni, fungsi organ hepar, ginjal dan jantung, fungsi hematologi, dan hemostatis.
Konsultasi dengan disiplin lain kalau dipandang perlu
1.         Kardiologi
2.         Optalmologi
3.         Anastesiologi
4.         Neonatologi dan lain- lain
-Diagnosa banding dari pre eklamsi ringan :
1)      Hipertensi kronik : adanya hipertensi yang menetap oleh sebab apapun, yang ditemukan pada kehamilan ≤ 20 minggu atau hipertensi yang menetap setelah 5 minggu pasca persalinan. 
2)      Transient hipertention : timbulnya hipertensi dalam kehamilan pada wanita yang tekanan darahnya normal dan tidak menpunyai gejala lain. Gejala ini akan hilang setelah 10 hari pasca persalinan.
3)      Pemeriksaan penunjang : urine rutin / lengkap
-Diagnosa banding dari pre eklamsi berat :
1)    Hipertensi kronik dan kehamilan
2)    Kehamilan dengan sindrom nefrotik
3)    Kehamilan dengan payah jantung
4)    Pemeriksaan penunjang  Lab :           
- Hb, Hct, AT
- urine lengkap
- asam urat darah
- fungsi hati
- fungsi ginjal
-Diagnosa banding dari kehamilan yang disertai kejang- kejang :
1.         Febrile convulsion ( panas + )
2.         Epilepsi ( anamnesa epilepsi + )
3.         Tetanus( kejang tonik atau kaku kuduk )
4.         Miningitis atau ensefalitis ( fungsi lumbal )
5.         Tumor otak

G.    Komplikasi serangan
Komlikasi yang dapat timbul saat terjadi serangan kejang adalah:
1.         Lidah tergigit.
2.         Terjadi perlukaan dan fraktur.
3.         Gangguan pernafasan.
4.         Perdarahan otak.
5.         Solutio plasenta dan merangsang persalinan.

H.    Bahaya Eklamsi
1.         Bahaya eklamsi pada ibu
Menimbulkan sianosis, aspirasi air ludah menambah gangguan fungsi paru, tekanan darah meningkat menimbulkan perdarahan otak. Dan kegagalan jantung mendadak, lidah dapat tergigit, jatuh dari tempat tidur menyebabkan fraktur dan luka- lika gangguan fungsi ginjal, oliga sampai Anuria, perdarahan atau ablasio retina, gangguan fungsi hati dan menimbulkan ikterus.
2.         Bahaya eklamsi pada janin
Asfiksia mendadak, solutio plasenta, persalinan prematuria, IUGR ( intra uterine growth retardation ), kematian janin dalam rahim.

I.       Prognosa
Eklamsi adalah suatu keadaan yang sangat berbahaya, maka prognosa kurang baik untuk ibu dan anak. Prognosa dipengaruhi oleh paritas, usia dan keadaan saat masuk RS. Gejala-gejala yang dapat memberatkan prognosa adalah:
1.         Koma yang lama
2.         Nadi diatas 120 per menit
3.         Suhu diatas 39 %
4.         Tensi diatas 200 mmHg
5.         Lebih dari 10 serangan
6.         Proteinuria 10 gram sehari/ lebih
7.         Tindak adanya odema

J.      Penatalaksanaan
a)      Pengelolaan pada pre eklamsi
1)      Istirahat dan sedatif
2)      Rawat jalan / ambulator :
-          Banyak istirahat
-          Diit cukup protein, rendah karbohidrat, lemak dan garam
-          Sedatif ringan (kalau tidak bisa istirahat) ; tablet fenobarbitall 3x30 mg/oral selam 7 hari atau diazepam tablet 3x2 mg/oral selama 7 hari
-          Reboransia
-          Kunjungan ulang tiap 1 minggu
3)      Yang dirawat :
-          pada kehamilan preterm (<37 minggu="minggu" span="span">
o   bila tekanan darah mencapai normo tensi selama perawatan, persalinannya ditunggu sampai aterm
o   bila tekanan darah turun, belum mencapai normo tensi selama perawatan, maka kehamilannya dapat diakhiri pada umur kehamilan , 37 minggu
-          pada kehamilan aterm (kurang 37 minggu) : persalinan ditunggu spontan atau dipertimbangkan untuk melakukan induksi persalinan
-          cara persalinan : persalinan dapat dilakukan secara spontan, bila perlu memperingan kala II dengan bantuan tindakan obstetri
b)      Prinsip pengobatan eklamsia pada ibu nifas adalah menghentikan kejang- kejang yang terjadi dan terjadi dan mencegah kejang ulang.
1.    Konsep pengobatan
Menghindari terjadinya kejang berulang mengurangi koma meninggalkan jumlah deuresis.
2.    Pengobatan untuk anti kejang
MgSO4 ( Magnesium Sulfat )
·      Dosis awal: 4 gr 20 % IV pelan- pelan selama 3 menit atau lebih disusul 10 gr 40 % IM terbagi pada bokong kanan,
 Dosis ulang: tiap 6 jam diberikan 5 gr 50 % IM. Diteruskan sampai 6 jam pasca persalinan atau 6 jam bebas kejang syarat: reflek patela harus positif. Tidak ada tanda- tanda depresi pernafasan ( respirasi > 16 x/ menit ). Produksi urin tidak kurang dari 25 cc/ jam atau 150 cc per 6 jam atau 600 cc perhari.
Apabila diluar sudah diberi pengobatan deazepam, maka dilanjutkan pengobatan dengan MgSO4.
Sedangkan menurut ( Mansjoer, 2000 ) penanganan pada pasien eklamsi :
Pasien eklamsia harus ditangani diRumah Sakin dirujuk sebelumnya paslu diberi pengobatan awal untuk mengatasi kejang dan pemberian obat Antihiperentensipa. Berikan O2 4-6 liter/menit. Pasang infus D5 % 500 ml/ 6 jam dengan kecepatan 20 tetes permenit.pasang kateter urin, pasang guedel atau spatel. Bahu diganjal kainsetebal 5 cm agar lebih defleksi sedikit. Posisi tempat tidur dibuat sedikit fowler agar kepala tetap tinggi. Fiksasi pasien agar tidak jatuh.
Dirumah sakit, berikan MgSo 4 2 g IV kemudian 2 gr/ jam dalam drip infus dekstrosa 5 % untuk pemeliharaan sampaim kondisi atau tekanan darah stabil ( 1400- 150 mmHg ). Bila kondisi belum stabil obat tetap diberikan.
Bila timbul kejang, berikan dosis tambahan MgSo4 2 g Intravena sekurang- 20 menit setelah pemberian terakhir . dosis tambahan hanya dapat diberikan sekali saja. Bila masih tetap kejang, berikan Amobarbital 3-5 mg/kg BB IV perlahan atau fenobarbital 250 mg atau deazepam 10 mg IV. Bila syarat pemberian MgSo4 tidak terpenuhi di berikan
·               Diazepam: dosis awal 20 mg IM atau 10 mg IV perlahan dalam 1 menit atau lebih. Dosis pemeliharaan D5 % 500 ml+40 mg diazepam tpm dan dosis maksimum 2000 ml/ 24 jam. Pemberian diazepam lebih disukai pada eklamsia puerpuralis karena pada dosis tinggi menyebabkan hipotoni neonatus.
·               Fgenobarbital : 120- 140 mg IV perlahan dengan kecepatan tidak melebihi 60 mg/ menit. Dosis maksimal 1000 mg.
Pada pasien koma, monitor kesadaran dengan skala Gasgow.
 obat suportif sama seperti penanganan preeklamsi berat. Penanganan obstetri ialah dengan mengakhiri tanpa melihat usia kehamilan dan keadaan janin. Akhir kehamilan bila sudah terjadi pemulihan hemodinamika dan metabolisme ibu yaitu dalam 4-8 jam setelah pemberian obat antikejang terakhir. Setelah kejang terakhir, setelah pemberian obat antihipertensi terakhir atau setelah pasien mulai sadar. Cara terminasi kehamilan sesuai preeklamsi berat.
Lanjutkan MgSo4 sampai 2 jam pasca persalinan atau sampai tekanan darah belum dapat dikendalikan. Berikan asupan kalori sebesar 1500 kal Iv atau dengan  selang NGT  dalam 24 jam perawatan selama pasien belum dapat makan akibat kesadaran menurun.

MASALAH KEPERAWATAN YANG MUNGKIN MUNCUL
1.         KALA I
    1. Resiko tinggi terjadinya kejang pada ibu berhubungan dengan penurunan fungsi organ ( vasospasme  dan peningkatan tekanan darah )
    2. Resiko tinggi terjadinya foetal distress pada janin berhubungan dengan perubahan pada plasenta
    3. Gangguan rasa nyaman ( nyeri ) berhubungan dengan kontraksi uterus dan pembukaan jalan lahir
    4. Gangguan psikologis ( cemas ) berhubungan dengan koping yang tidak efektif terhadap proses persalinan
2.         KALA II
    1. Resiko terjadi injury pada ibu dan bayi berhubungan dengan dampak dari tindakan ekstraksi dengan forceps
3.         KALA III
    1. Resiko deficit cairan berhubungan dengan perdarahan post partum
4.         KALA IV
    1. Gangguan rasa nyaman ( nyeri ) berhubungan dengan luka episiotomy
    2. Resiko terjadi infeksi berhubungan dengan adanya luka episiotomy




PERENCANAAN
KALA I
Dx. 1 : Resiko tinggi terjadinya kejang pada ibu berhubungan dengan penurunan fungsi organ (vasospasme dan peningkatan tekanan darah).
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan perawatan tidak terjadi kejang pada ibu       
Kriteria Hasil :
-          Kesadaran : compos mentis, GCS : 15 ( 4-5-6 )
-          Tanda-tanda vital :
TD     : 100-120/70-80 mmHg            Suhu    : 36-37 C
Nadi    : 60-80 x/mnt               RR       : 16-20 x/mnt
Intervensi :
1.         Monitor tekanan darah tiap 4 jam
R/. Tekanan diastole > 110 mmHg dan sistole 160 atau lebih merupkan indikasi dari PIH
2.         Catat tingkat kesadaran pasien
R/. Penurunan kesadaran sebagai indikasi penurunan aliran darah otak
3.         Kaji adanya tanda-tanda eklampsia ( hiperaktif, reflek patella dalam, penurunan nadi,dan respirasi, nyeri epigastrium dan oliguria )
R/. Gejala tersebut merupakan manifestasi dari perubahan pada  otak, ginjal, jantung dan paru yang mendahului status kejang
4.         Monitor adanya tanda-tanda dan gejala persalinan atau adanya kontraksi uterus
R/. Kejang akan meningkatkan kepekaan uterus yang akan memungkinkan terjadinya persalinan
5.         Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian anti hipertensi dan SM
R/. Anti hipertensi untuk menurunkan tekanan darah dan SM untuk mencegah terjadinya kejang
Dx. 2 : Resiko tinggi terjadinya foetal distress pada janin berhubungan dengan perubahan pada plasenta
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan perawatan tidak terjadi foetal distress pada janin
Kriteria Hasil :
-          DJJ ( + ) : 12-12-12
-          Hasil NST :
-          Hasil USG ;
Intervensi :
1.      Monitor DJJ sesuai indikasi
R/. Peningkatan DJJ sebagai indikasi terjadinya hipoxia, prematur dan solusio plasenta
2.      Kaji tentang pertumbuhan janin
R/. Penurunan fungsi plasenta mungkin diakibatkan karena hipertensi sehingga timbul IUGR
3.      Jelaskan adanya tanda-tanda solutio plasenta ( nyeri perut,  perdarahan, rahim tegang, aktifitas janin turun )
R/. Ibu dapat mengetahui tanda dan gejala solutio plasenta dan tahu akibat  bagi janin
4.      Kaji respon janin pada ibu yang diberi SM
R/. Reaksi terapi dapat menurunkan pernafasan janin dan fungsi jantung  aktifitas janin
5.      Kolaborasi dengan medis dalam pemeriksaan USG dan NST
R/. USG dan NST untuk mengetahui keadaan/kesejahteraan janin
Dx.3 : Gangguan rasa nyaman ( nyeri ) berhubungan dengan kontraksi uterus dan pembukaan jalan lahir
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan perawatan ibu mengerti penyebab nyeri dan dapat mengantisipasi rasa nyerinya
Kriteria Hasil :
-          Ibu mengerti penyebab nyerinya
-          Ibu mampu beradaptasi terhadap nyerinya
Intervensi :
1. Kaji tingkat intensitas nyeri pasien
R/. Ambang nyeri setiap orang berbeda ,dengan demikian akan dapat menentukan tindakan perawatan yang sesuai dengan respon pasien terhadap nyerinya
2.    Jelaskan penyebab nyerinya
R/. Ibu dapat memahami penyebab nyerinya sehingga bisa kooperatif
3. Ajarkan ibu mengantisipasi nyeri dengan nafas dalam bila HIS timbul
R/. Dengan nafas dalam otot-otot dapat berelaksasi , terjadi vasodilatasi pembuluh darah, expansi paru optimal sehingga kebutuhan 02 pada jaringan terpenuhi
4. Bantu ibu dengan mengusap/massage pada bagian yang nyeri
R/. untuk mengalihkan perhatian pasien
Dx. 4 : Gangguan psikologis ( cemas ) berhubungan dengan koping yang tidak efektif terhadap proses persalinan
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan perawatan kecemasan ibu berkurang atau hilang
Kriteria Hasil :
-          Ibu tampak tenang
-          Ibu kooperatif terhadap tindakan perawatan
-          Ibu dapat menerima kondisi yang dialami sekarang
Intervensi :
1.      Kaji tingkat kecemasan ibu
R/. Tingkat kecemasan ringan dan sedang bisa ditoleransi dengan pemberian pengertian sedangkan yang berat diperlukan tindakan medikamentosa
2.      Jelaskan mekanisme proses persalinan
R/. Pengetahuan terhadap proses persalinan diharapkan dapat mengurangi emosional ibu yang maladaptif
3.      gali dan tingkatkan mekanisme koping ibu yang efektif
R/. Kecemasan akan dapat teratasi jika mekanisme koping yang dimiliki ibu efektif
4.      Beri support system pada ibu
R/. ibu dapat mempunyai motivasi untuk menghadapi keadaan yang sekarang secara lapang dada asehingga dapat membawa ketenangan hati

KALA II
Diagnosa keperawatan 1
Resiko terjadi injury pada ibu dan bayi berhubungan dengan dampak dari tindakan ekstraksi dengan forceps
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan perawatan tidak terjadi injury pada ibu dan janin
Kriteria Hasil :
a.          APGAR SCOR diatas 7
b.         Tidak terjadi ruptur perinium
c.          Tidak terjadi ruptur uteri
Intervensi ;
1. Pastikan bahwa pembukaan sudah lengkap
      R/. Jika pembukaan belum lengkap bibir serviks bisa terjepit antara kepala anak dan sendok sehingga terjadi robekan pada serviks
2. pastikan bahwa ketuban sudah pecah
      R/. Bila ketuban belum pecah maka selaput janin akan ikut tertarik oleh forceps
3. Anjurkan ibu untuk tidak mengedan
R/. mengedan membutuhkan tenaga yang akhirnya dapat meningkatkan tekanan darah sebagai kompensasi tubuh, bila tekanan darah semakin meningkat akan memicu timbulnya kejang dan terjadi injury pada ibu maupun janin
4. bantu dokter dalam melakukan tindakan ekstraksi dengan forceps sesuai standarisasi
R/. Tindakan forceps yang dilakukan dengan benar/ sesuai standart serta skill yang memadai tanpa adanya penyulit akan terhindar dari terjadinya komplikasi pada ibu maupun janin

KALA III
Diagnosa keperawatan :
Resiko deficit cairan berhubungan dengan perdarahan post partum
Tujuan ;
Setelah dilakukan tindakan perawatan tidak terjadi deficit cairan
Kriteria Hasil :
1.      Keadaan umum baik
2.      Mukosa mulut basah
3.      Turgor kulit baik
4.      Tanda vital ;
TD : 100-120/70-80 mmHg      Nadi : 60-80 x/mnt
RR  : 16-20 x/mnt                                 Suhu : 36-37 C
Perdarahan dalam batas normal : < 500 cc
Intervensi ;
1. Kaji kontraksi uterus
R/. kontraksi uterus dapat membantu pelepasan plasenta
2.     Cegah terjadinya perdarahan dengan mengobservasi pelepasan plasenta dan mengeluarkan plasenta dengan peregangan tali pusat terkendali serta bekerja dengan hati-hati
      R/.untuk mencegah terjadinya rest plasenta sehingga tidak terjadi perdarahan
3. Kaji banyaknya darah yang keluar
      R/. dengan mengetahui jumlah darah yang hilang akan dapat menentukan jumlah darah /intake cairan yang diberikan agar terjaga keseimbangan
4.Beri minum peroral
R/. dapat menggantikan sairan yang hilang
5.      Lakukan observasi tanda-tanda vital
R/. untuk memantau tanda –tanda gangguan keseimbangan cairan          




KALA IV
Diagnosa keperawatan 1
Gangguan rasa nyaman ( nyeri ) berhubungan dengan luka episiotomy
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan perawatan rasa nyeri berkurang atau hilang
Kriteria hasil :
-          mengatakan nyerinya berkurang atau hilang
-          keadaan luka baik
-          tanda-tanda infeksi tidak ada
Intervensi :
1.         Beri penjelasan pada ibu penyebab nyerinya
R/. dengan mengerti penyebab nyerinya diharapkan ibu dapat kooperatif dan menerima rasa nyerinya secara wajar
2.         Anjurkan pada ibu untuk menghindari pergerakan yang berlebihan terutama yang berkaitan dengan daerah sekitar luka episiotomy
R/. Pergerakan yang bisa membuat peregangan daerah luka akan menambah rasa nyeri
3.         Lakukan perawatan luka episiotomy secara aseptik dan anti septic
R/. Perawatan luka secara aseptic dan anti septic dapat mempercepat proses penyembuhan luka sehingga nyeri bisa berkurang/hilang
4.         Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian analgetik
R/. analgetik dapat mengurangi/menghilangkan rasa nyeri 
Diagnosa keperawatan 2
Resiko terjadi infeksi berhubungan dengan adanya luka episiotomy
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan perawatan infeksi tidak terjadi
Kriteria Hasil :
-          luka episiotomy tampak kering dan bersih
-          luka tidak ada tanda-tanda infeksi
-          tanda-tanda vital dalam batas normal
-           
Intervensi :
1.      Anjurkan ibu untuk menjaga kebersihan daerah luka episiotomy
R/. Kebersihan yang kurang terjaga bisa menimbulkan infeksi pada luka karena masuknya kuman
2.      Lakukan perawatan luka episiotomy secara aseptik dan anti septic
R/. Perawatan luka secara aseptic dan anti septic dapat mempercepat proses penyembuhan luka dan mencegah terjadinya infeksi
3.      Ajari ibu cara merawat luka
R/. ibu dapat mengerti cara merawat luka yang benar sehingga bisa mencegah timbulnya infeksi
4.      Kolaborasi dengan medis dalam pemberian antibiotik
R/. anti biotic dapat membunuh kuman

















Komentar